1.1
Latar Belakang
Selama ini banyak negara sedang berkembang telah berhasil menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, tetapi masih banyak permasalahan
pembangunan yang belum terpecahkan, seperti : tingkat pengganguran tetap tinggi,
pembagian pendapatan tambah tidak merata, masih banyak terdapat kemiskinan
absolut, tingkat pendidikan rata-rata masih rendah, pelayanan kesehatan
masih kurang, dan sekelompok kecil penduduk yang sangat kaya cenderung semakin
kaya sedangkan sebagian besar penduduk tetap saja bergelut dengan kemiskinan,
yang terjadi bukan trickle down tapi trickle up.
Keadaan
ini memprihatinkan, banyak ahli ekonomi pembangunan yang mulai
mempertanyakan arti dari pembangunan.
Pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi merupakan dua istilah yang berbeda, sekalipun
ada beberapa ahli mengatakan sama. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
indikator dari keberhasilan pembanguanan ekonomi. Jadi akan ada pertumbuhan
ekonomi jika ada pembangunan ekonomi dimana pembangunan ekonomi itu
mengakibatkan perubahan-perubahan pada sektor ekonomi. Pendirian
industri-industri baru dan meningkatnya kegiatan ekspor dan impor akan membawa
perubahan dalam sektor industri dan sektor perdagangan.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi
Pada umumnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai
serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan perekonomiannya
sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia,perusahan semakin banyak dan
semakin berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin
meningkat. Sebagai implikasi dari perkembangan ini diharapkan kesempatan kerja
akan bertambah, tingkat pendaptan akan meningkat, dan kemakmuran masyarakat
menjadi semakin tinggi. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi dapat diartikan sebagai
suatu ukuran kwantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian
dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (Sukirno, 2006: 12)
Suseno Trianto (1996: 102) mengatakan Selama dua
dasawarsa terakhir ini, yaitu di tahun lima puluhan dan enam puluhan,
pembangunan telah diartikan sebagai berikut:
1. Bila
GNP (Gross Nasional Product = pendapatan nasional kotor) per kapita suatu
Negara, menunjukan peningkatan sebesar 5% sampai 7% atau lebih setiap tahunnya;
2. Bila
terjadi terjadi perubahan yang terencana dari struktur produksi dan kesepakatan
kerja sehingga peranan sector pertanian menurun dan sector industry dan jasa
semakin meningkat.
Dengan demikian strategi dasar
pembangunan ialah, industrialisasi di kota-kota dengan mengabaikan perkembangan
pertanian dan pedesaan.
Kedua
pengertian pembangunan tersebut di atas, semata-mata dilihat sebagai suatu
gejala ekonomi, yaitu melihat pembangunan sebagai pertumbuhan pendapatan
perkapita dan dengan sendirinya memberikan pengaruh kepada rakyat banyak dalam
bentuk kesempatan kerja, atau menciptakan kondisi untuk pemerataan hasil-hasil
pembangunan, baik di bidang ekonomi maupun sosial.
Tetapi
pengalaman-pengalaman dalam dekade 50-an dan
60-an, ketika sebnagian besar dunia ketiga mencapai target pertumbuhan yang di
tentukan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PPB) yaitu 6%, kenyataan telah
menunjukan bahwa taraf hidup rakyat tidak banyak mengalami perbahan,
pengangguran dan kemiskinan menunjukan angka yang meningkat terus.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan ini,
pembangunan ekonomi telah disefinisikan kembali dalam rangka mengurangi dan
menghilangkan kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran dalam hubungannya dengan
pertumbuhan ekonomi. Di sinilah timbulnya gagasan/slogan “redistribution from
growth” “pemerataan dari pertumbuhan”.
Demi tercapainya “pemerataan dari
pertumbuhan” tersebut, perlu dilengkapi dengan beberapa syarat-syarat, sebegai
berikut;
1.
Adanya
kemempuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu makanan/pangan,
perumahan, kesehatan, kesehatan serta adanya perlindungan serta jaminan hukum
bagi setiap orang.
2.
Harga
diri, baik secara nasional maupun internasional, artinya adanya kepercayaan
atau keyakinan diri bangsa tersebut, bahwa pembanguna dapat dilaksanakan
sendiri dengan memanfaatkan sember-sumber alam yang tersedia di dalam negeri.
Ini berarti, bahwa kita jangan terlalu menggantungkan diri dari luar.
3.
Kemerdekaan
untuk memilih, bukan dalam arti politis maupun ideology, tetapi kemerdekaan
dalam arti kemerdekaan dari ketergantungan alam, kebodohan serta ketergantungan
dari orang lain.
2.1.1
GNP (GDP, Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth) dan
Pendapatan Rata-Rata Penduduk (Income Per Capita)
Apabila kita
berbicara mengenai pembangunan ekonomi, maka kita tidak dapat melepaskan diri
dari masalah GNP (Gross Nasionak Product atau PNK = Pendapatan Nasional Kotor)
atau GDP (Gross Domestic Product atau Prndapatan
Domestik Kotor), pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth) serta pendapatan
rata-rata penduduk, GNP (PNK) adalah nilai produk barang-barang dan jasa-jasa
yang dihasilkan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun, atau secarta
sederhana GNP atau GDP dapat diartikan sebagai The total market value of all
finalgoods and services produced in the Economi in one year. Jadi secara
sederhana GNP atau GDP dapat diartikan sebagai jumlah produksi batrang-barang
dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam satu tahun dinilai dengan uang/harga pada
tahun yang bersangkutan (GDPt atau GNPt at current market price.).
Selanjutnya, bila GNP atau GDP pada tahun yang
bersangkutan (GNPt atau GDPt) dikurangi dengan GNP/GDP pada tahun sebelumnya
(GNPt-1 atau GDPt-1) kemudian hasil pengurangan tersebut dibagi dengan GNPt-1
atau GDPt-1 dan kalikan dengan 100%, maka hasil dengnan perhitungan untuk
mengetahui apakah ada pertumbuhan ekonomi atau tidak. Jadi untuk mengetahui apakah suatu perekonomian
mengalami pertumbuhan, harus membandingkan GNP pada suatu tahun (GNPt) dengan
GNP pada tahun-yahun sebelumnya, (GNPt-1), atau dengan rumus dapat ditulis; Pertumbuhan Ekonomi = GNPt – GNPt-1 / GNPt-1
x 100%. (Sadono Sukirno, 2011: 75)
GNP (Pendapatan Nasional) atau GDP
(Pendapatan Domestik Kotor) dapat dihitung dengan dua cara, yaitu;
1. GDP
atau GNP, dihitung menurut harga tetap, yaitu dengan cara menilainya kembali
(mendeflasikan) berdasarkan pada harga-harga pada tahun dasar perbandingan
(base year), dengan menggunakan harga indeks konsumen (price index).
Perhitungan ini mencerminkan GDP dan GNP riil (adjusted/real GDP atau real
GNP).
2.
Harga
indeks ini merupakan indeks yang menunjukan harga-harga dari barang-barang yang
dikonsumsi masyarakat dari tahun ke tahun. Angka indeks pada tahun pertama
(base year) selalu dinyatakan dengan angka 100.
2.1.2
Strategi Pembangunan
Pada umumnya
setiap strategi pembangunan di Negara-negara yang belum berkembang ekonominya,
diarahkan kepada perletakan dasar bagi di,umgkinkannya gerak-tolak (take-off)
pembangunan. Dalam melaksanakan strategi ini pola umum adalah, untuk
mengusahakan dinaikannya produksi per jiwa penduduk (pendapatan/income per kapita)
melalui ikhtiar peningkatan produktifitas perjiwa. Hal imi tersimpul dalam
kemampuan masyarakat untuk menghasilkan jumlah barang dan jasa yang semakin
besar per satuan jam kerja (man-hour).
Keadaan ekonomi
yang berlain-lainan di masing-masing Negara menyebabkan bahwa, strategi
pembangunan dilakukan menurut cara dan jalan yang berbeda-beda.
Faisal Basri (2002: 115) dalam
menggariskan komponen strategi pembangunan Indonesia, maka
kita harus bertolak dari kedaan ekonomi dan masyarakat yang ditandai oleh ciri-ciri
khas Negara yang sedang menuju kea rah berkembang seperti, Muangthai, Cina,
Malaysia, Philipina, India sebagai berikut;
1.
Sebagian
besar dari penduduk, berkisar antara 65–75% mata pencaharian pokok adalah di sektor
pertanian (termasuk kehutanan, perkebunan, perikanan, peternakan), dibandingkan
dengan Negara-negara maju, kurang daripada 10%;
2.
Tingkat
pendapatan yang masih rendah, dan sebagian besar hampir seluruh pendapatannya
digunakan untuk konsumsi. Rata-rata persentase yang dibelanjakan/kecenderungan
untuk dibelanjakan, berkisar antara 90–95% dari income yang diterima. Hal ini
mengakibatkan, hampir tidak adanya bagian dari pendapatan yang digunakan unruk
menabung yaitu hanya berkisar antara 5- 10 %. Berbeda dengan Negara maju dimana
tingkat pendapatannya tinggi, persentase dari pendapatan untuk ditabung
berkisar 30-40%, ini menunjukan bagian dari pendapatan yang dikonsumsi hanya
berkisar 60 -70%.
3.
Kekurangan
modal untuk investasi. Sebagai akibat rendahnya tingkat bagian pendapatan yang
ditabung oleh masyarakat, maka di Negara yang sedang berkembang, masalah yang
dihadapi adalah kekurangan modal untuk tujuan investasi.
4.
Kekurangan
tenaga ahli Skilled labour
5.
Tekanan
produk ; tingkat pertambahan penduduk yang tidak seimbang dengan tingkat
perkembangan GDP atau GNP, menyebabkan tingkat income per kapita rendah.
Sebagaimana diketahui, bahwa unruk menghitung tingkat income per capita, ialah
dengan membagi GDP atau GNP pada tahun yang bersangkutan dengan jumlah penduduk
pada tahun yang bersangkutan.
Pertumbuhan penduduk yang sangat besar
jumlahnya menambah kerumitan maslah-masalah pembangunan yang dihadapi. Dapat
dikatakan bahwa masalah penduduk merupakan merupakan salah satu masalah
pembangunan yang sangat utama dan paling sukar diatasi. Pada masa ini setiap tahunnya
ditaksir penduduk dunia bertambah sebanyak 75 sampai 80 juta jiwa,
dan darinya sebanyak 65 juta merupakan pertambahan penduduk di Negara-negara
berkembang. Sudah sejak lama orang menyadari bahwa pengurangan lajunya
perkembangan penduduk di Negara berkembang merupakan suatu cara positif
untukmempercepat lajunya pembangunan ekonomi. Akan tetapi sampai sekarang hasil
dari usaha ini belum dapat dikatakan memuaskan. Usaha-usaha untuk
mengurangi perkembangan penduduk
menghadapi beberapa maslah ekonomi, sosial-budaya, kegamaan, politik dan
psikologis sehingga menimbulkanberbagai kesukarang untuk mengurangi
perkembangan laju penduduk tersebut dengan baik dan dalam waktu yang relative
singkat.(Tjiptoherijanto, 1997: 55)
2.1.3
Peranan Perdagangan Luar Negeri Bagi Pembangunan
Ekonomi Indonesia
Pada masa lalu
sering dinyatakan bahwa salah satu sebab yang
mengakibatkan sektor
luar negeri sangat mempengaruhi keadaan ekonomi Negara-negara
berkembang karena adanya ekspor dari Negara tersebut. Pandangan ini kurang
tepat karena, pertama, tidak
semua Negara berkembang yang melakukan ekspor memgang peranan penting dalam
kegiatan perekonomian. Di beberapa Negara berkembang yang jumlah pendudukmya
cukup besar, yang dalam ini diambil sebagai kriterianya dalah Negara yang
penduduknya lebih besar dari 20 juta jiwa, sektor
ekspor menciptakan tidak lebih dari 20% dari produk domestik bruto.
Faktor utama
yang menyebabkan sektor ekspor sering sekali
menimbulkan ketidakstabilan terhadap keseluruhan kegiatan perekonomian
Negara-negara berkembang bersumber dari corak
struktur ekspornya. Dua ciri penting dari ekspor Negara-negara berkembang yang
menjadi sumber ketidakstabilan tersebut adalah
1.
Sebagian besar
dari ekspor mereka merupakan ekspor bahan-bahan mentah, dan
2.
(ii)
Bagian
besar dari ekspor tersebut terdiri dari beberapa jenis bahan mentah saja.
Ekspor bahan
mentah dari Negara berkembang umumnya mempunyai ciri-ciri berikut
(i)
Dalam jangka
pendek fluktuasi bahan-bahan mentah di pasaran dunia sangat tinggi sekali;
(ii)
Dalam jangka
panjang terms of trade dengan Negara luar – yaitu perbandingan diantaraekspor
terpenting di beberapa Negara berkembang indeks barang-barang yang diekspor
dengan indeks barang-barang yang diimpor- bertambah lama menjadi memburuk; dan
(iii) Permintaan
terhadap bahan-bahan mentah di pasar dunia berkembang dengan sangat lama
sekali. Factor-faktor ini menyebabkan sector ekspor sering sekali menjadi
sumber dari kelancaran pembangunan ekonomi di Negara-negara berkembang. (Tjiptoherijanto: 1997)
2.1.4
Pembangunan Daerah
Pembangunan daerah
sangat erat kaitannya dengan proses desentralisasi pembangunan
yang berkembang pada saat ini. Dalam GBHN 1993 ditegaskan bahwa, pembangunan daerah
perlu senantiasa ditingkatkan agar laju pertumbuhan antar daerah semakin
seimbang dan serasi sehingga elaksanaan pembangunan nasional serta
hasil-hasilnya semakin merata di seluruh Indonesia. Selanjutnya ditegaskan
pula, bahwa pembangunan daerah perlu dilaksanakan secara terpadu, selaras,
serasi dan seimbang, serta diarahkan agar pembanguna yang berlangsung di setiap
daerah sesuai dengat prioritas dan potensi daerah. (Dumairy, 1996: 77)
Ada beberapa
kata kunci mengenai pembangunan daerah yang terkandung dalam GBHN yang perlu
dikaji yaitu;
2.1.4.1
Pembangunan daerah yang disesuaikan dengan prioritas
dan potensi masing-masing
Kata kunci
pertama mengandung makna pada pada kesadaran pemerintah untuk melakukan
desentralisasi pembangunan, terutama berkaitan dengan beberapa sector
pembangunan yang dipandang sudah mampu dilaksanakan di daerah masing-masig.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat ini sedang dilakukan uji coba di
beberapa daerah tingkat II menyangkut pelaksanaan desentralisasi ini.
2.1.4.2
Adanya keseimbangan pembangunan antar daerah.
Kata kunci kedua mengandung makna pada
adanya kenyataan bahwa masing-masing daerah memiliki potensi, baik alam,
sumberdaya manusia, maupun kondisi geografis yang berbeda-beda, yang
menyebabkan ada daerah yang memiliki potensi untuk berkembang karena berbagai
keterbatasan yang dimilikinya.
Adanya
perbedaan potensi antardaerah ini menyebabkan peran pemerintah pusat sebagai
pengatur kebijakan pembnagunan nasional tetap diperlukan agar timbul
keselarasan, keseimbangan, dan keserasian perkembangan semua daerah, baik yang
memiliki potensi yang berlebihan maupun ayng kurang memiliki potensi.
Kebijakan pembangunan daerah merupakan bagian
dari kebijaksanaan pembangunan sektoral, pembangunan yang berasal dari
pendapatan asli daerah manapun investasi swasta. Kebijakan pembanguna daerah
yang ditempuh oleh pemerintah paling tidak meliputi 5 aspek yaitu;
1.
Pembanguna
daerah dan desa,
2.
Prasarana
fisik daerah,
3.
Perluasan
kesempatan kerja daerah,
4.
Tata
ruang dan penataan pertahanan, dan
5.
Peningkatan
kemampuan daerah.
2.2
Pengertian Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat
dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke
periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan
meningkat.
Kemampuan yang
meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami
pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah barang
modal. Teknologi yang digunakan berkembang. Disamping itu tenaga kerja
bertambah sebagai akibat dari perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan
pendidikan menambah keterampilan mereka. (sadono
sukirno).
Menurut Tjiptoherijanto
(1997: 35), pertumbuhan
ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan
dan merupakan syarat keharusan (necessary condition) bagi penurunan
pengangguran.
Adapun syarat kecukupannya ialah bahwa pertumbuhan
ekonomi tersebut efektif dalam mengurangi tingkat pengangguran. Artinya,
pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar di setiap golongan pendapatan, termasuk
di golongan penduduk miskin.
Secara
langsung, hal ini berarti pertumbuhan itu perlu dipastikan terjadi disektor-sektor
dimana penduduk miskin bekerja yaitu sektor pertanian atau sektor yang padat karya.
2.2.1
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
2.2.1.1
Akumulasi Modal,
Akumulasi modal akan
terjadi jika ada proporsi dan kemudian dari pendapatan sekarang yang ditabung
dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan
datang. Pabrik-pabrik, mesin-mesin, peralatan-peralatan dan barang-barang baru
akan meningkatkan stok modal (capital stock) fisikal dari suatu negara (yaitu
jumlah riil bersih dari semua barang-barang modal produktif secara fisikal)
yang memungkinkan untuk mencapai tingkat output yang lebih besar.
2.2.1.2
Investasi
Investasi-investasi produktif
secara langsung ini ditambah dengan investasi-investasi infrastruktur
sosial dan ekonomi yaitu jalan raya, listrik, air, sanitasi, komunikasi untuk
mempermudah dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan ekonomi. Ada lagi cara untuk
menginvestasikan sumberdaya negara yaitu dengan cara tidak langsung.
Instalasi fasilitas-fasilitas irigasi bisa memperbaiki kualitas lahan pertanian
dengan peningkatan produktivitas per hektar.Sama halnya dengan investasi tak
langsung, investasi dalam sumber daya manusia (human invesment) bisa
memperbaiki kualitasnya dan juga mempunyai pengaruh yang sama atau bahkan lebih
besar terhadap produksi, karena bertambahnya jumlah sumber daya manusia.
2.2.1.3
Pertumbuhan Populasi
Pertumbuhan populasi dan hal-hal
yang berhubungan dengan kenaikan angkatan kerja (labor force) secara
tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang
pertumbuhan ekonomi.
2.2.1.4
Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi merupakan
faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi menurut para ekonom.
Kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara yang diperbaiki
dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisonal, seperti cara menanam padi,
membuat pakaian atau membangun rumah. Ada 3 macam klasifikasi dari kemajuan
teknologi, yaitu :
2.2.1.4.1
Netral
Kemajuan teknologi yang bersifat
netral terjadi jika tingkat output yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan
kombinasi-kombinasi faktor input yang sama. Inovasi-inovasi yang timbul dari
pembagian kerja (division of labour) bisa menghasilkan tingkat ouput total yang
lebih tinggi dan semua orang.
2.2.1.4.2
Hemat Tenaga Kerja (Labour Saving) atau Hemat Modal (Capital
Saving)
Kemajuan teknologi bisa bersifat
hemat tenaga kerja atau hemat modal, yaitu tingkat output yang lebih tinggi
bisa dicapai dengan kuantitas tenaga kerja atau input modal yang sama.
Penggunaan komputer, traktor dan alat-alat mekanisasi lainnya yang merupakan
mesin-mesin dan peralatan modern bisa diklasifikasikan sebagai hemat tenga
kerja.
Kemajuan teknologi yang
bersifat hemat modal sangat jarang sekali terjadi, karena hampir semua
penelitian ilmiah dan perkembangan teknologi yang dilakukan di negara maju
adalah bertujuan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modal. Tetapi untuk
negara-negara sedang berkembang, maka kemajuan teknologi yang bersifat hemat
modal sangat dibutuhkan. Metode produksi yang lebih efisien (biaya produksi
rendah) adalah metode produksi yang padat tenaga kerja (labour intensive).
Salah satu contohnya industri rumah, seperti industri tempe, tahu, dsb.(Tulus Tambunan, 2003:
17)
2.2.2 Faktor eksternal didominasi oleh faktor-faktor
ekonomi, seperti perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi
kawasan atau dunia.
2.2.2.1 Faktor-faktor
Internal
2.2.2.1.1
Faktor ekonomi,
antara lain:
a.
Buruknya fundamental ekonomi nasional
b.
Cadangan devisa
c.
Hutang luar negeri dan ketergantungan
impor
d.
Sektor perbankan
e.
Pengeluaran konsumsi
2.2.2.2.2 Faktor
non ekonomi, antara lain:
a.
Kondisi politik, sosial dan keamanan
b.
Pelarian modal ke luar negeri
c.
Nilai tukar rupiah
2.2.2.2
Faktor-faktor Eksternal
a. Kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau
dunia
2.3
Teori
Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan mengenai
faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi dan prosesnya dalam jangka
panjang, penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor itu berinteraksi satu
dengan yang lainnya, sehingga menimbulkan terjadinya proses pertumbuhan
(Arsyad, 1998: 191). Bahwa
secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam
kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Dengan
kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada perubahan yang bersifat
kuantitatif (quantitatif change) dan biasanya diukur dengan menggunakan data
produk domestik bruto (PDB) atau pendapatan output perkapita. Produk domestik bruto (PDB) adalah total nilai pasar (total market value)
dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods and services) yang
dihasilkan di dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya
satu tahun). Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentase kenaikan
pendapatan nasional riil pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan
pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya (Faizal Nor, 2009: 273-274).
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada
empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk,
jumlah stok barang-barang modal , luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat
teknologi yang digunakan. Walau
menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak aktor, ahli-ahli
ekonomi Klasik terutama menitik beratkan perhatiannya kepada pengaruh
pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi. Dan teori pertumbuhan mereka ,
dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat
teknologi tidak mengalami perubahan. Berdasarkan kepada pemisalan ini
selanjutnya dianalisis bagaimana pengaruh pertambahan penduduk kepada tingkat
produksi nasional dan pendapatan.
Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam
relatif berlebihan, tingkat
penegembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka para
pengusaha akan mendapatkan keuntungan keuntungan yang besar. Ini akan
menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan seperti
itu tidak akan terus-menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu
banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena
peroduktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif. Maka kemakmuran
masyarakat menurun kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat perkembangan yang
rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan
tidak berkembang (stationary State).
Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence).
2.3.1
Ahli–ahli ekonomi Klasik
dalam
menganalisis masalah-masalah pembangunan,terutama ingin mengetahui sebab-sebab
perkembangan ekonomi dalam jangka panjang dan corak pertumbuhannya,mempunyai
pandangan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, yaitu :
2.3.1.1
Adam Smith
Inti dari proses pertumbuhan ekonomi
menurut Smith dapat
dibedakan atas dua aspek antara lain: pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Adam Smith beranggapan
tentang corak proses pertumbuhan ekonomi bahwa apabila pembangunan sudah
tejadi, maka proses tersebut akan terus menerus berlangsung secara kumulatif.
Pasar berkembang, pembagian kerja dan spesialisasi akan terjadi,dengan demikian
akan menaikan produktivitas. Kenaikan pendapatan nasional yang disebabkan
karena perkembangan tersebut dan perkembangan penduduk dari masa – ke masa,
akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan, adanya spesialisasi yang tinggi
serta luasnya pasar akan menciptakan teknologi dan inovasi.
Dengan demikian perkembangan ekonomi
akan berlangsung. Adam Smith menyatakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjang secara sistematis ada tiga aspek, yaitu (Arsyad, 1998 : 42) :
1.
Pertumbuhan Output Total
Sumber alam yang
tersedia (masih diwujudkan sebagai faktor produksi tanah). Menurut Smith, sumber daya
alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu
masyarakat. Jumlah sumber daya alam yang tersedia merupakan batas maya bagi
pertumbuhan perekonomian, maksudnya jika sumber daya ini belum digunakan
sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada memegang peranan dalam
pertumbuhan output.
2.
Stok barang modal
Stok modal
menurut Smith merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat
output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan output, sehingga
jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok
pengaruh stok modal terhadap tingkat output total bisa secara langsung dan
tidak langsung. Pengaruh langsung, maksudnya
adalah karena pertambahan modal akan langsung meningkatkan output, sedangkan
pengaruh tidak langsung maksudnya adalah peningkatan produktifitas perkapita yang
dimungkinkan karena adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang semakin
tinggi.
3.
Pertumbuhan penduduk.
Menurut Smith
yang sangat menentukan jumlah penduduk pada suatu masa tertentu adalah tingkat
upah pada saat itu. Jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari pada
tingkat upah subsisten (tingkat upah yang hanya cukup untuk hidup pas-pasan),
maka jumlah penduduk akan meningkat. Smith juga menyatakan bahwa tingkat upah
ditentukan oleh stok kapital dan tingkat pertumbuhan output. Oleh karena itu
jumlah penduduk akan meningkat atau menurun tergantung pada stok modal dan
tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu masa tertentu.
2.3.1.2
David
Ricardo
Garis besar pertumbuhan dan
kesimpulan–kesimpulan dari Ricardo tidak jauh berbeda dengan teori Adam Smith.
Tema dari proses petumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara laju
pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output.
Selain itu Ricardo juga menganggap
bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumber daya alam) tidak bisa bertambah,
sehingga akhirnya menjadi faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu
masyarakat.
Menurut Ricardo, peranan akumulasi modal
dan kemajuan teknologi cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja,
artinya bisa memperlambat bekerjanya the
Law of Diminishing Return yang
pada gilirannya akan memperlambat pola penurunan tingkat hidup kearah tingkat
hidup minimal. Keterbatasan faktor produksi tanah (sumber daya alam) akan
membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu negara hanya bisa tumbuh
sampai batas yang dimungkinkan oleh sumber daya alamnya.
2.3.1.3
Thomas Robert Malthus
Menurutnya
ukuran keberhasilan pembangunan suatu perekonomian tergantung kesejahteraan
negaranya.jika PDB potensialnya meningkat. Sektor
yang dominan adalah pertanian dan industri. Jika ouput di kedua sektor
tersbut ditingkatkan maka PNB potensialnya akan bisa ditingkatkan. Ada dua
kelompok faktor yang sangat menentukan pertumbuhan, yaitu factor ekonomi
seperti: tanah, tenaga kerja, modal, organisasi,dan faktor non ekonomi seperti:
keamanan, hukum,dan sebagainya. Dan yang paling berpengaruh adalah
faktor akumulasi modal.
2.3.1.4
Teori Max
Marx membuat lima tahapan perkembangan
sebuah perekonomian yaitu:
a.
Perekonomian
komunal primitif
b.
Perekonomian
perbudakan
c.
Perekonomian
feodal
d.
Perekonomian
kapitalis
e.
Dan
perekonomian sosialis
2.3.2 Ciri-Ciri Teori Ekonomi Klasik
Teori ekonomi klasik mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu sebagai berikut:
2.3.2.1
Perekonomian
yang didasarkaan pada sistem bebas berusaha (Laissez Faire)
Mempunyai
kemampuan untuk kembali ke posisi keseimbangan secara otomatis. Terjadi tangan
bebas atau pasar bebas dalam mencapai keseimbangan sehingga terjadi “full employment” atau kesempatan kerja dapat terpenuhi penuh (tidak ada pengangguran).
2.3.2.2
Pemerintah tidak
ikut campur tangan.
Peran pemerintah hanya pada masalah penegakan hukum, menjaga keamanan serta
pembangunan infrastruktur.
Dalam menganalisis masalah-masalah pembangunan,terutama
ingin mengetahui sebab-sebab perkembangan ekonomi dalam jangka panjang dan
corak proses pertumbuhannya,mempunyai pandangan yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya.
2.4
Faktor-Faktor Yang
Menentukan Pertumbuhan Ekonomi
2.4.1 Faktor Sumber
Daya Alam,
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam
melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak
menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh
kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang
tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan
mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
2.4.2
Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi
oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses
pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana
sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang
memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
2.4.3
Faktor Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan,
pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh
mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas
serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya
berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian
2.4.4
Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak
tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat
berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat
juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang
dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas,
jujur, ulet dan sebagainya.
2.4.5
Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan
kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting
bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan.
2.5 Strategi Pertumbuhan Ekonomi
2.5.1 Industrialisasi Versus Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian bersifat
menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan secara relatif menggunakan sedikit
kapital; meskipun dalam investasi pada pembuatan jalan, saluran dan fasilitas
pengairan, dan pengembangan teknologinya. Kenaikan produktivitas sektor
pertanian memungkinkan perekonomian dengan menggunakan tenaga kerja lebih
sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang sama. Dengan demikian
sebagian dari tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor industri tanpa
menurunkan output sector pertanian. Di samping itu pembangunan atau kenaikkan
produktivitas dan output total sektor pertanian akan menaikan pendapatan di
sektor tersebut.(Zulkarnain, 1993:
77)
2.5.2
Strategi Impor Versus Promosi Ekspor
Stategi industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan
membangun industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor.
Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor.
Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan
produksi dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat
memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar
internasional. Strategi ini secara relatif lebih sukar dilaksanakan karena
menuntut kerja keras agar bisa bersaing di pasar internasional. Perlunya
Disertivikasi Usaha mengadakan disertivikasi bagi negara-negara pengekspor
utama minyak dan gas bumi merupakan upaya mempertahankan atau menstabilkan
penerimaan devisanya.( Mudrajad, 2003: 11)
2.6 Peran Pemerintah Dalam
Pertumbuhan Ekonomi
1. Beberapa negara sedang berkembang
mengalami ketidak stabilan sosial, politik, dan ekonomi. Ini merupakan sumber
yang menghalangi pertumbuhan ekonomi. Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa
menjamin terciptanya keamanan dan ketertiban hukum serta persatuan dan
perdamaian di dalam negeri. Ini sangat diperlukan bagi terciptanya iklim
bekerja dan berusaha yang merupakan motor pertumbuhan ekonomi.
2. Ketidakmampuan atau kelemahan
setor swasta melaksanakan fungsi entreprenurial yang bersedia dan mampu
mengadakan akumulasi kapital dan mengambil inisiatif mengadakan investasi yang
diperlukan untuk memonitori proses pertumbuhan.
3. Pertumbuhan ekonomi merupakan
hasil akumulasi kapital dan investasi yang dilakukan terutama oleh sektor
swasta yang dapat menaikkan produktivitas perekonomian. Hal ini tidak dapat
dicapai atau terwujud bila tidak didukung oleh adanya barang-barang dan
pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan program pelayanan kesehatan dasr
masyarakat, pendidikan, irigasi, penyediaan jalan dan jembatan serta fasilitas
komunikasi, program-program latihan dan keterampilan, dan program lainnya yang
memberikan manfaat kepada masyarakat.
4. Rendahnya tabungan-investasi masyarakat
(sekor swasta) merupakan pusat atau faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan
yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini karena
rendahnya tingkat pendapatan dan karena adanya efek demonstrasi meniru tingkat
konsumsi di negara-negara maju olah kelompok kaya yang sesungguhnya bias
menabung.
5. Hambatan sosial utama dalam
menaikkan taraf hidup masyarakat adalah jumlah penduduk yang sangat besar dan
laju pertumbuhannya yang sangat cepat. Program pemerintahlah yang mampu secara
intensif menurunkan laju pertambahan penduduk yang cepat lewat program keluarga
berencana dan melaksanakan program-program pembangunan pertanian atau daerah
pedesaan yang bisa mengerem atau memperlambat arus urbanisasi penduduk pedesaan
menuju ke kota-kota besar dan mengakibatkan masalah-masalah social, politis,
dan ekonomi.
6. Pemerintah dapat menciptakan
semangat atau spirit untuk mendorong pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat
dan tidak hanya memerlukan pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan
kapasitas produksi masyarakat, yaitu sumber-sumber alam dan manusia, kapital,
dan teknologi;tetapi juga faktor permintaan luar negeri. Tanpa kenaikkan
potensi produksi tidak dapat direalisasikan.
2.7 Tingkat
Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Tahun Sebelum Dan Setelah Kris Moneter.
Pertumbuhan
ekonomi indonesia sebelum krisis moneter cukup menggembirakan, mencapai 8,2%
pada tahun 1995 yang membuat indonesia termasuk salah satu negara dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di ASEAN. Namun pada tahun 1998 tingkat
pertumbuhan menjadi negatif 3,29 %,dan bukan hanya Indonesia tetapi termasuk
beberapa negara di Asia, seperti Thailand -10,2 %, Malaysia – 7,5 %, ( IMF,
World Bank dan Departemen Keuangan RI 1997 dalam Tambunan 2001).Hampir semua
sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang negatif. Yang mengalami pertumbuhan
ekonomi positif selama tahun 1998 hanya sektor pertanian 1,31 %, sektor listrik gas dan air bersih 3,11
%, sektor pengangkutan dan komunikasi
16.23 %. Perkembangan pertumbuhan ekonomi setelah krisis moneter 1997/1998
yaitu tahun 1999 mulai membaik dengan pertumbuhan ekonomi sedikit di atas 0 %.
PDB (atas harga berlaku tahun 1998) mencapai 141,0 miliar dolar Amerika Serikat
($ 141,0) dibandingkan tahun 1995 sebesar miliar dolar Amerika Serikat ($. Pertumbuhan
ekonomi mengalami percepatan.Akselerasi ini didukung pula dengan semakin
seimbangnya sumber pertumbuhan ekonomi dimana investasi makin penting
peranannya. Dengan keberhasilan menciptakan stabilitas ekonomi makro (nilai
tukar dan inflasi), pendapatan per kapita Indonesia jika diukur dengan mata
uang USD, meningkat 1,8 kali pada akhir tahun 2008 dibandingkan akhir 2004, dan
melebihi USD 2.000 per kapita pada akhir tahun 2008. (Menko
Perekonomian Sri
Mulyani Indarwati, Website: (http:/www.ekon.go.id.).
Perkembangan
perekonomian tahun 2001 sampai tahun 2007 pertumbuhannya masih positif. Pada
tahun 2001 4,5 %, tahun 2002 pertumbuhan PDB 4,4%, tahun 2003 naik menjadi 4,9
%, tahun 2004 menjadi 5,0 %, tahun 2005 naik lagi menjadi 5,7 %.Tahun 2006
pertumbuhannya turun menjadi 5,5 %,tapi masih berada pada posisi 5 %, dan tahun
2007 naik lagi menjadi 6,0% (Indonesia indikator makro ekonomi
:www.bi.go.id.laporan perekonomian).Perkembangan ekonomi yang demikian
menunjukan suatu trend petumbuhan yang cukup baik. Dalam penjelasannya Menko
Sri Mulyani mengatakan sekalipun harus mengalami dampak krisis keuangan global,
perekonomian indonesia akan tetap tumbuh di tahun 2009. Hal itu berdasarkan
evaluasi kinerja perekonomian indonesia selama 5 tahun terakhir dan realisasi
APBN tahun 2008. (Badan
Pusat Statistik (BPS), http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul09.pdf)
2.8 Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia
2.8.1 Tahun 2011
Perekonomian
Indonesia pada tahun 2011 menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah
meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, tercermin pada kinerja pertumbuhan
yang bahkan lebih baik dan kestabilan makroekonomi yang tetap terjaga. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia mencapai 6,5%, angka tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir,
disertai dengan pencapaian inflasi pada level yang rendah sebesar 3,79%.
Peningkatan kinerja tersebut disertai dengan perbaikan kualitas pertumbuhan
yang tercermin dari tingginya peran investasi dan ekspor sebagai sumber
pertumbuhan, penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan, serta pemerataan
pertumbuhan ekonomi antar daerah yang semakin membaik.
2.8.2
Tahun 2012
Prospek ekonomi
Indonesia tahun 2012 diprakirakan masih tetap kuat, meskipun risiko yang
berasal dari pelemahan ekonomi global masih tinggi. Perekonomian nasional pada
tahun 2012 diprakirakan tumbuh 6,3%-6,7% dan inflasi diperkirakan
dapat berada di kisaran sasaran 4,5% ± 1%.
Pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari perekonomian domestik dengan peran
investasi yang semakin meningkat. Pasar domestik yang besar, terjaganya
stabilitas makro ekonomi,
suku bunga yang rendah, perbaikan iklim investasi, dan status investment
grade merupakan faktor pendorong tingginya pertumbuhan investasi ke depan.
Sejalan dengan itu, arus modal masuk FDI diperkirakan akan meningkat lebih
tinggi sehingga surplus NPI akan tetap besar. Kondisi ini mendukung tercapainya
stabilitas nilai tukar rupiah dalam menghadapi risiko tingginya gejolak arus
modal. Meskipun demikian, risiko pelemahan ekonomi global dapat menyebabkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung ke batas bawah kisaran prakiraan
apabila tidak ditempuh langkah-langkah stimulus baik dari sisi moneter maupun
fiskal. Sementara itu, rencana kebijakan Pemerintah terkait dengan BBM
bersubsidi dan komoditas strategis lainnya dapat memberikan tekanan ke atas
terhadap perkembangan inflasi kedepan. Untuk menghadapi tahun 2012 ini Presiden
instruksikan jajaran pemerintah untuk menjaga sektor riil di tengah situasi
krisis global dan melemahnya volume ekspor Indonesia ke luar negeri. Sektor
riil dikatakan dapat menjadi penopang utama perekonomian Indonesia. Sektor riil
yang bagus mencegah dampak pemutusan hubungan kerja. Belanja modal dan belanja
barang pada tahun anggaran 2011 harus lebih dioptimalkan, belanja pemerintah
dapat turut membuat perekonomian di Indonesia berjalan.Saat ini, realisasi
belanja pemerintah hingga 30 November ini mencapai 71 persen.
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2012 diperkirakan akan melaju pada kisaran 6,3%–6,7%. Namun bila tiga penyakit bangsa bisa diatasi
seperti korupsi, inefisiensi birokrasi dan soal infrastruktur, pertumbuhan
ekonomi Indonesia bisa lebih tinggi lagi,” kata Ketua Komite Ekonomi Indonesia
(KEN) Chairul Tanjung. Selama ini pertumbuhan ekonomi nasional banyak ditopang
oleh hasil sumber daya alam dan konsumsi domestik. Sementara pembangunan
infrastruktur di Indonesia masih jauh tertinggal. Sebelum mengatakan
perekonomian Indonesia akan cerah pada tahun 2012 pemerintah sebaiknya melihat
kembali bagaimana kinerja mereka. Misalnya dalam hal kemiskinan absolut turun
(tapi jumlah penduduk miskin dan hampir miskin bertambah), pengganguran menurun
namun proporsi pekerja sektor informal terus bertambah, dan ketimpangan
pendapatan semakin menganga (Pada 2010 ratio mencapai 0,38, rekor tertinggi
dalam periode modernisasi ekonomi Indonesia). Meskipun pemerintah mengklaim
bahwa ekonomi kita sekarang ini sudah menuju modernisasi, sebenarnya dalam
banyak hal ekonomi nasional masih primitif. Kegiatan ekonomi (ekspor misalnya)
banyak bertumpu pada komoditas bahan mentah sehingga tidak hanya kehilangan
kesempatan menciptakan nilai tambah, tetapi juga kesulitan menciptakan lapangan
kerja. Kasus kelapa sawit misalnya kurang lebih hanya diolah untuk membuat 40
jenis komoditas olahan. Padahal, Malaysia sudah mencapai seratus jenis. Itu
juga terjadi pada kasus di subsektor perikanan, pertanian, kehutanan,
pertambangan, dan lain sebagainya.
2.8.3
Tahun 2013
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia terus turun. Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5%pada 2011, dan 6,23% pada 2012, pertumbuhan ekonomi
2013 berada dibawah 6 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan
ekonomi Indonesia sepanjang 2013 sebesar hanya 5,78%. Angka tersebut turun dibandingkan sepanjang 2013
sebesar 6,23 persen. Kepala BPS Suryamin memaparkan, pertumbuhan ekonomi di
kuartal IV-2013 sebesar 5,72%,
atau mengalami penurunan 1,42%
dibanding kuartal III-2013. "Triwulan empat ini dari pengalaman selalu
lebih rendah dibanding triwulan tiga setiap tahunnya," kata Suryamin, di
Kantor BPS, Rabu (5/2/2014). Kendati mengalami penurunan, Suryamin mengatakan
ekspor pada triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini
disebabkan negara-negara yang tadinya terdampak krisis global seperti China dan
Amerika Serikat mulai pulih. Bakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang
tadinya diprediksikan hanya 1,6%,
realisasinya 1,9%. Pertumbuhan terjadi di semua
sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 10,19 persen, dengan nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut
disusul sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan
7,56%, dengan nilai Rp 272,1
triliun. Sektor ketiga yang mengalami
pertumbuhan signifikan adalah konstruksi, di mana mencatat pertumbuhan 6,57% dengan nilai Rp 182,1
triliun. Sementara itu pertumbuhan
sektor pertambangan dan penggalian tercatat paling kecil sebesar 1,34% dengan nilai Rp 195,7 triliun.
2.8.4
Tahun 2014
Tahun 2014
menjadi tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Kondisi ekonomi
global tidak secerah prakiraan semula. Pemulihan memang terus berlangsung di
berbagai ekonomi utama dunia, namun dengan kecepatan yang tidak sesuai dengan
harapan dan tidak merata. Harga komoditas dunia pun terus melemah karena
permintaan belum cukup kuat, khususnya dari Tiongkok. Di sektor keuangan,
ketidakpastian kebijakan The Fed telah meningkatkan kerentanan dan
volatilitas di pasar keuangan dunia. Sebagai negara berkembang (emerging
market), kita turut merasakan adanya pergeseran arus modal asing keluar dari
Indonesia. Selain itu, kita juga dapat mengamati adanya divergensi kebijakan
moneter di negara-negara maju. Berbeda dengan The Fed yang berencana
melakukan normalisasi kebijakan moneternya, bank sentral Jepang dan Eropa masih
perlu menempuh kebijakan moneter yang sangat akomodatif. Perekonomian Indonesia
tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga
berlaku mencapai Rp 10 542,7 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp41,8 juta
atau US$3,531.5.
Ekonomi Indonesia
tahun 2014 tumbuh 5,02% melambat
dibanding tahun 2013 sebesar 5,58%.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi
dan Komunikasi sebesar 10,02%.
Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran
Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 12,43%. Ekonomi Indonesia triwulan
IV-2014 bila dibandingkan triwulan IV-2013 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,01% melambat bila dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61%. Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 mengalami
kontraksi 2,06% bila dibandingkan triwulan
sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman
pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang kontraksi 22,44%. Dari sisi pengeluaran
disebabkan oleh penurunan Ekspor neto.
Secara spasial,
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 didorong oleh aktivitas perekonomian
di Pulau Jawa yang tumbuh 5,59%
dan Pulau Sumatera sebesar 4,66%. Perekonomian
Indonesia tahun 2014 diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat dibandingkan
dengan 5,8% pada tahun sebelumnya. Dari sisi eksternal, perlambatan tersebut
terutama dipengaruhi oleh ekspor yang menurun akibat turunnya permintaan dan
harga komoditas global, serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral
mentah. Meskipun ekspor secara keseluruhan menurun, ekspor manufaktur cenderung
membaik sejalan dengan berlanjutnya pemulihan AS. Dari sisi permintaan
domestik, perlambatan tersebut didorong oleh terbatasnya konsumsi pemerintah seiring
dengan program penghematan anggaran.
2.8.5
Tahun 2015
Walaupun
pertumbuhan ekonomi Indonesia bergerak lebih lambat pada tahun 2014, terlihat
optimisme bahwa pertumbuhan tersebut akan rebound pada tahun 2015 meskipun
kondisi ekonomi global belum kondusif (dan membatasi kinerja ekspor Indonesia)
serta lingkungan suku bunga Indonesia yang masih tinggi. Di dalam APBN-P Tahun
2015, pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan PDB 5.7% (t/t) meningkat dari pertumbuhan angka
5.02% yang tercatat pada tahun 2014.
Presiden Indonesia Joko Widodo, yang resmi mulai menjabat pada bulan October
2014, optimis bahwa target ambisius ini dapat dicapai walaupun lembaga
internasional seperti Bank
Dunia dan
International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia
masing-masing pada angka 5.3% dan 5.0%, pada tahun 2015. Kedua institusi tersebut menilai
rendah pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 akibat dampak negatif
perekonomian global yang menyebabkan pembiayaan eksternal yang lebih ketat dan
dapat menimbulkan suku bunga nasional yang tinggi, sehingga menambah tekanan
terhadap bank, perusahaan lokal dan rumah tangga untuk menyelesaikan utang,
sekaligus menghambat kemampuan untuk berinvestasi atau belanja. Sementara itu,
Bank Indonesia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada
pada kisaran 5.4- 5.8% tahun ini.
Pada pertengahan
Januari lalu, Bank Indonesia menetapkan untuk mempertahankan BI Rate sebesar
7,75%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility
masing-masing tetap pada level 8,00% dan 5,75%. Kemudikan dilakukan evaluasi
menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi Indonesia di 2014 dan prospek ekonomi
2015 dan 2016 yang menunjukkan bahwa kebijakan tersebut masih konsisten dengan
upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4±1% pada 2015 dan 2016, dan
mendukung pengendalian defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.
Mengacu pada evaluasi terhadap perekonomian di tahun lalu, di tahun ini Bank
Indonesia memperkirakan perekonomian
Indonesia semakin baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan
stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga, ditopang oleh perbaikan ekonomi
global dan semakin kuatnya reformasi struktural dalam memperkuat fundamental
ekonomi nasional.
Pada tahun 2015,
pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran
5,4-5,8%. Berbeda dengan 2014, di samping tetap kuatnya konsumsi rumah tangga,
tingginya pertumbuhan ekonomi di 2015 juga akan didukung oleh ekspansi konsumsi
dan investasi pemerintah sejalan dengan peningkatan kapasitas fiskal untuk
mendukung kegiatan ekonomi produktif, termasuk pembangunan infrastruktur.
2.8.6
Tahun 2016
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia bakal semakin membaik pada 2016 karena berbagai kebijakan
Bank Indonesia yang lebih akomodatif ketimbang dua tahun sebelumnya, kata
Kepala Ekonom Bank Nasional Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto."Kebijakan Bank
Indonesia lebih akomodatif dan ruang penyesuaian BI rate terbuka walau tetap
menjaga kehati-hatian di tengah tingginya ketidakpastian global dalam jangka
pendek," katanya dalam Diskusi "Potensi dan Tantangan Infrastruktur
untuk Pertumbuhan Ekonomi" di Jakarta, Jumat (15/1) malam. Hal itu,
ujarnya, terlihat dari keputusan BI untuk menurunkan BI rate 25 basis poin
menjadi 7,25%, berdasarkan hasil rapat Dewan
Gubernur BI pada 13-14 Januari 2016. Ia optimistis kebijakan yang disambut
positif oleh pasar itu pun akan dilakukan dua sampai tiga kali lagi pada 2016
juga sebesar 25 poin. "Pengumuman itu dikeluarkan hanya sekitar dua jam
setelah pengeboman di kawasan Sarinah yang hanya beberapa ratus meter dari
Gedung BI. Ini menunjukkan BI memang akan menurunkan BI rate apapun yang
terjadi," kata dia.
Penurunan suku
bunga itu sejalan dengan keputusan Bank Indonesia yang menyatakan akan menjaga
stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, berbagai paket kebijakan
ekonomi yang sudah dikeluarkan pemerintah sejak 2015 juga diperkirakan membawa
dampak bagus bagi perekonomian. Kebijakan-kebijakan yang mempermudah investasi
dan mempercepat pembangunan infrastruktur di daerah-daerah dinila Ryan sebagai
bentuk keseriusan pemerintahan akibat pertumbuhan ekonomi pada 2015 hingga tiga
kuartal berkisar 4,7%, menurun
dibandingkan dengan pada 2014 yang rata-rat menyentuh lima persen. "Namun
kami yakin nilai kuartal keempat, yang belum diumumkan BPS.
Kesimpulan
1. Pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi adalah masalah jangka panjang suatu negara.Pertumbuhan ekonomi
merupakan suatu faktor yang menentukan pembangunan ekonomi. Semakin baik
pertumbuhan ekonomi suatu negara maka semakin baik pula pembangunan ekonomi di
negara tersebut.
2. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.Terdapat banyak faktor yang
mendorong dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Diperlukan usaha untuk dapat
mengoptimalkan pengelolaan sumber-sumber daya di Indonesia untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
Lincoln, 1998, Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta :
Penerbit STIE YKPN.
Badan Pusat Statistik (BPS),
Pertumbuhan ekonomi 10 tahun terakhir http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul09.pdf.
Badan Pusat Statistik (BPS), Pertumbuhan
Dan Pembangunan Struktur Pdb 2008-2019,(http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul09.pdf).
Basri Faisal, 2002, Perekomian
Indonesia Tantangan Dan Harapan Bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia, Jakarta:
Erlangga.
Djaminm, Zulkarnain, 1993, Pembangunan Ekonomi
Indonesia Edisi II, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Dumairy, 1996, Perekonomian
Indonesia,Jakarta: Erlangga.
Henry,
Faizal Nor , 2009, Investasi, Jakarta: Indeks.
Kuncoro,
Mudrajad. 2003. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Penerbit UPP AMP YKPN.
Menko
Perekonomian Indonesia Sri Mulyani
Indarwati, Website: (http:/www.ekon.go.id.).
Sukirno, Sadono, 2011, Makro ekonomi Teori
Pengantar, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Sukirno, 2006, Ekonomi Pembangunan,
Proses, Masalah dan Dasar
Kebijakan, Jakarta: PT Kencana
Subandi, 2005, Sistem Ekonomi Indonesia, Bandung:
Alfabeta.
Tambunan, TH.Tulus, 2011, Perekonomian Indonesia
Kajian Teoritis dan Analitis, Bogor: Ghalia Indonesia.
Tambunan,.TH.Tulus,.2003, Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah
Penting , Bogor: Ghalia Indonesia.
Tjiptoherijanto, 1997, Prospek Perekonomian Indonesia
Dalam Rangka Globalisasi, Surabaya: Rineka Cipta.
Widodo, Suseno Trianto Hg, 1996, Ekonomi
Indonesia Fakta danTantangan Dalam Era
Liberalisasi, Yogyakarta: Kansansius
Penulis Makalah:
Annisatul Hotimah (15510022)
Toha Barizi (15510024)
Agrefinanda Putri Kusuma Wardani (15510031)
Dosen Pengampu : Zaim Mukaffi, SE, M.Si
FAKULTAS EKONOMI
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
No comments:
Post a Comment