Tuesday, August 8, 2017

Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

1.1  Latar Belakang

Selama ini banyak negara sedang berkembang telah berhasil menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, tetapi masih banyak permasalahan pembangunan yang belum terpecahkan, seperti : tingkat pengganguran tetap tinggi, pembagian pendapatan tambah tidak merata, masih banyak terdapat kemiskinan absolut, tingkat pendidikan rata-rata masih rendah, pelayanan  kesehatan masih kurang, dan sekelompok kecil penduduk yang sangat kaya cenderung semakin kaya sedangkan sebagian besar penduduk tetap saja bergelut dengan kemiskinan, yang terjadi bukan trickle down tapi trickle up.
Keadaan ini memprihatinkan, banyak ahli ekonomi pembangunan  yang mulai mempertanyakan arti dari pembangunan.
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi merupakan dua istilah yang berbeda, sekalipun ada beberapa ahli mengatakan sama. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dari keberhasilan pembanguanan ekonomi. Jadi akan ada pertumbuhan ekonomi jika ada pembangunan ekonomi dimana pembangunan ekonomi itu mengakibatkan perubahan-perubahan pada sektor ekonomi. Pendirian industri-industri baru dan meningkatnya kegiatan ekspor dan impor akan membawa perubahan dalam sektor industri dan sektor perdagangan.

PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Pembangunan Ekonomi
Pada umumnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan perekonomiannya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia,perusahan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat. Sebagai implikasi dari perkembangan ini diharapkan kesempatan kerja akan bertambah, tingkat pendaptan akan meningkat, dan kemakmuran masyarakat menjadi semakin tinggi. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi dapat diartikan sebagai suatu ukuran kwantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.  (Sukirno, 2006: 12)
Suseno Trianto (1996: 102) mengatakan Selama dua dasawarsa terakhir ini, yaitu di tahun lima puluhan dan enam puluhan, pembangunan telah diartikan sebagai berikut:
1.     Bila GNP (Gross Nasional Product = pendapatan nasional kotor) per kapita suatu Negara, menunjukan peningkatan sebesar 5% sampai 7% atau lebih setiap tahunnya;
2.   Bila terjadi terjadi perubahan yang terencana dari struktur produksi dan kesepakatan kerja sehingga peranan sector pertanian menurun dan sector industry dan jasa semakin meningkat.
Dengan demikian strategi dasar pembangunan ialah, industrialisasi di kota-kota dengan mengabaikan perkembangan pertanian dan pedesaan.
Kedua pengertian pembangunan tersebut di atas, semata-mata dilihat sebagai suatu gejala ekonomi, yaitu melihat pembangunan sebagai pertumbuhan pendapatan perkapita dan dengan sendirinya memberikan pengaruh kepada rakyat banyak dalam bentuk kesempatan kerja, atau menciptakan kondisi untuk pemerataan hasil-hasil pembangunan, baik di bidang ekonomi maupun sosial.
 Tetapi pengalaman-pengalaman dalam dekade 50-an dan 60-an, ketika sebnagian besar dunia ketiga mencapai target pertumbuhan yang di tentukan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PPB) yaitu 6%, kenyataan telah menunjukan bahwa taraf hidup rakyat tidak banyak mengalami perbahan, pengangguran dan kemiskinan menunjukan angka yang meningkat terus.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan ini, pembangunan ekonomi telah disefinisikan kembali dalam rangka mengurangi dan menghilangkan kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran dalam hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi. Di sinilah timbulnya gagasan/slogan “redistribution from growth” “pemerataan dari pertumbuhan”.
Demi tercapainya “pemerataan dari pertumbuhan” tersebut, perlu dilengkapi dengan beberapa syarat-syarat, sebegai berikut;
1.      Adanya kemempuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu makanan/pangan, perumahan, kesehatan, kesehatan serta adanya perlindungan serta jaminan hukum bagi setiap orang.
2.      Harga diri, baik secara nasional maupun internasional, artinya adanya kepercayaan atau keyakinan diri bangsa tersebut, bahwa pembanguna dapat dilaksanakan sendiri dengan memanfaatkan sember-sumber alam yang tersedia di dalam negeri. Ini berarti, bahwa kita jangan terlalu menggantungkan diri dari luar.
3.      Kemerdekaan untuk memilih, bukan dalam arti politis maupun ideology, tetapi kemerdekaan dalam arti kemerdekaan dari ketergantungan alam, kebodohan serta ketergantungan dari orang lain.
2.1.1             GNP (GDP, Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth) dan Pendapatan Rata-Rata Penduduk (Income Per Capita)
Apabila kita berbicara mengenai pembangunan ekonomi, maka kita tidak dapat melepaskan diri dari masalah GNP (Gross Nasionak Product atau PNK = Pendapatan Nasional Kotor) atau GDP (Gross Domestic Product atau Prndapatan Domestik Kotor), pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth) serta pendapatan rata-rata penduduk, GNP (PNK) adalah nilai produk barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun, atau secarta sederhana GNP atau GDP dapat diartikan sebagai The total market value of all finalgoods and services produced in the Economi in one year. Jadi secara sederhana GNP atau GDP dapat diartikan sebagai jumlah produksi batrang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam satu tahun dinilai dengan uang/harga pada tahun yang bersangkutan (GDPt atau GNPt at current market price.).
Selanjutnya, bila GNP atau GDP pada tahun yang bersangkutan (GNPt atau GDPt) dikurangi dengan GNP/GDP pada tahun sebelumnya (GNPt-1 atau GDPt-1) kemudian hasil pengurangan tersebut dibagi dengan GNPt-1 atau GDPt-1 dan kalikan dengan 100%, maka hasil dengnan perhitungan untuk mengetahui apakah ada pertumbuhan ekonomi atau tidak. Jadi untuk  mengetahui apakah suatu perekonomian mengalami pertumbuhan, harus membandingkan GNP pada suatu tahun (GNPt) dengan GNP pada tahun-yahun sebelumnya, (GNPt-1), atau dengan rumus dapat ditulis;  Pertumbuhan Ekonomi = GNPt – GNPt-1 / GNPt-1 x 100%.  (Sadono Sukirno, 2011: 75)      
GNP (Pendapatan Nasional) atau GDP (Pendapatan Domestik Kotor) dapat dihitung dengan dua cara, yaitu;
1.  GDP atau GNP, dihitung menurut harga tetap, yaitu dengan cara menilainya kembali (mendeflasikan) berdasarkan pada harga-harga pada tahun dasar perbandingan (base year), dengan menggunakan harga indeks konsumen (price index). Perhitungan ini mencerminkan GDP dan GNP riil (adjusted/real GDP atau real GNP).
2.      Harga indeks ini merupakan indeks yang menunjukan harga-harga dari barang-barang yang dikonsumsi masyarakat dari tahun ke tahun. Angka indeks pada tahun pertama (base year) selalu dinyatakan dengan angka 100.
2.1.2                    Strategi Pembangunan
Pada umumnya setiap strategi pembangunan di Negara-negara yang belum berkembang ekonominya, diarahkan kepada perletakan dasar bagi di,umgkinkannya gerak-tolak (take-off) pembangunan. Dalam melaksanakan strategi ini pola umum adalah, untuk mengusahakan dinaikannya produksi per jiwa penduduk (pendapatan/income per kapita) melalui ikhtiar peningkatan produktifitas perjiwa. Hal imi tersimpul dalam kemampuan masyarakat untuk menghasilkan jumlah barang dan jasa yang semakin besar per satuan jam kerja (man-hour).
Keadaan ekonomi yang berlain-lainan di masing-masing Negara menyebabkan bahwa, strategi pembangunan dilakukan menurut cara dan jalan yang berbeda-beda.
Faisal Basri (2002: 115) dalam menggariskan komponen strategi pembangunan Indonesia, maka kita harus bertolak dari kedaan ekonomi dan masyarakat yang ditandai oleh ciri-ciri khas Negara yang sedang menuju kea rah berkembang seperti, Muangthai, Cina, Malaysia, Philipina, India sebagai berikut;
1.      Sebagian besar dari penduduk, berkisar antara 65–75% mata pencaharian pokok adalah di sektor pertanian (termasuk kehutanan, perkebunan, perikanan, peternakan), dibandingkan dengan Negara-negara maju, kurang daripada 10%;
2.      Tingkat pendapatan yang masih rendah, dan sebagian besar hampir seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi. Rata-rata persentase yang dibelanjakan/kecenderungan untuk dibelanjakan, berkisar antara 90–95% dari income yang diterima. Hal ini mengakibatkan, hampir tidak adanya bagian dari pendapatan yang digunakan unruk menabung yaitu hanya berkisar antara 5- 10 %. Berbeda dengan Negara maju dimana tingkat pendapatannya tinggi, persentase dari pendapatan untuk ditabung berkisar 30-40%, ini menunjukan bagian dari pendapatan yang dikonsumsi hanya berkisar 60 -70%.
3.      Kekurangan modal untuk investasi. Sebagai akibat rendahnya tingkat bagian pendapatan yang ditabung oleh masyarakat, maka di Negara yang sedang berkembang, masalah yang dihadapi adalah kekurangan modal untuk tujuan investasi.
4.      Kekurangan tenaga ahli Skilled labour
5.      Tekanan produk ; tingkat pertambahan penduduk yang tidak seimbang dengan tingkat perkembangan GDP atau GNP, menyebabkan tingkat income per kapita rendah. Sebagaimana diketahui, bahwa unruk menghitung tingkat income per capita, ialah dengan membagi GDP atau GNP pada tahun yang bersangkutan dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan.
Pertumbuhan penduduk yang sangat besar jumlahnya menambah kerumitan maslah-masalah pembangunan yang dihadapi. Dapat dikatakan bahwa masalah penduduk merupakan merupakan salah satu masalah pembangunan yang sangat utama dan paling sukar diatasi. Pada masa ini setiap tahunnya ditaksir penduduk dunia bertambah sebanyak 75 sampai 80 juta jiwa, dan darinya sebanyak 65 juta merupakan pertambahan penduduk di Negara-negara berkembang. Sudah sejak lama orang menyadari bahwa pengurangan lajunya perkembangan penduduk di Negara berkembang merupakan suatu cara positif untukmempercepat lajunya pembangunan ekonomi. Akan tetapi sampai sekarang hasil dari usaha ini belum dapat dikatakan memuaskan. Usaha-usaha untuk mengurangi  perkembangan penduduk menghadapi beberapa maslah ekonomi, sosial-budaya, kegamaan, politik dan psikologis sehingga menimbulkanberbagai kesukarang untuk mengurangi perkembangan laju penduduk tersebut dengan baik dan dalam waktu yang relative singkat.(Tjiptoherijanto, 1997: 55)
2.1.3                    Peranan Perdagangan Luar Negeri Bagi Pembangunan Ekonomi Indonesia
Pada masa lalu sering dinyatakan bahwa salah satu sebab yang mengakibatkan sektor luar negeri sangat mempengaruhi keadaan ekonomi Negara-negara berkembang karena adanya ekspor dari Negara tersebut. Pandangan ini kurang tepat karena, pertama, tidak semua Negara berkembang yang melakukan ekspor memgang peranan penting dalam kegiatan perekonomian. Di beberapa Negara berkembang yang jumlah pendudukmya cukup besar, yang dalam ini diambil sebagai kriterianya dalah Negara yang penduduknya lebih besar dari 20 juta jiwa, sektor ekspor menciptakan tidak lebih dari 20% dari produk domestik bruto.
Faktor utama yang menyebabkan sektor ekspor sering sekali menimbulkan ketidakstabilan terhadap keseluruhan kegiatan perekonomian Negara-negara berkembang bersumber dari corak struktur ekspornya. Dua ciri penting dari ekspor Negara-negara berkembang yang menjadi sumber ketidakstabilan tersebut adalah
1.      Sebagian besar dari ekspor mereka merupakan ekspor bahan-bahan mentah, dan
2.      (ii) Bagian besar dari ekspor tersebut terdiri dari beberapa jenis   bahan mentah saja.
Ekspor bahan mentah dari Negara berkembang umumnya mempunyai ciri-ciri berikut
(i)     Dalam jangka pendek fluktuasi bahan-bahan mentah di pasaran dunia sangat tinggi sekali;
(ii)   Dalam jangka panjang terms of trade dengan Negara luar – yaitu perbandingan diantaraekspor terpenting di beberapa Negara berkembang indeks barang-barang yang diekspor dengan indeks barang-barang yang diimpor- bertambah lama menjadi memburuk; dan
(iii) Permintaan terhadap bahan-bahan mentah di pasar dunia berkembang dengan sangat lama sekali. Factor-faktor ini menyebabkan sector ekspor sering sekali menjadi sumber dari kelancaran pembangunan ekonomi di Negara-negara berkembang. (Tjiptoherijanto: 1997)
2.1.4                    Pembangunan Daerah
Pembangunan daerah sangat erat kaitannya dengan proses desentralisasi pembangunan yang berkembang pada saat ini. Dalam GBHN 1993 ditegaskan bahwa, pembangunan daerah perlu senantiasa ditingkatkan agar laju pertumbuhan antar daerah semakin seimbang dan serasi sehingga elaksanaan pembangunan nasional serta hasil-hasilnya semakin merata di seluruh Indonesia. Selanjutnya ditegaskan pula, bahwa pembangunan daerah perlu dilaksanakan secara terpadu, selaras, serasi dan seimbang, serta diarahkan agar pembanguna yang berlangsung di setiap daerah sesuai dengat prioritas dan potensi daerah. (Dumairy, 1996: 77)
Ada beberapa kata kunci mengenai pembangunan daerah yang terkandung dalam GBHN yang perlu dikaji yaitu;
2.1.4.1                Pembangunan daerah yang disesuaikan dengan prioritas dan  potensi masing-masing
Kata kunci pertama mengandung makna pada pada kesadaran pemerintah untuk melakukan desentralisasi pembangunan, terutama berkaitan dengan beberapa sector pembangunan yang dipandang sudah mampu dilaksanakan di daerah masing-masig. Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat ini sedang dilakukan uji coba di beberapa daerah tingkat II menyangkut pelaksanaan desentralisasi ini.
2.1.4.2                Adanya keseimbangan pembangunan antar daerah.
Kata kunci kedua mengandung makna pada adanya kenyataan bahwa masing-masing daerah memiliki potensi, baik alam, sumberdaya manusia, maupun kondisi geografis yang berbeda-beda, yang menyebabkan ada daerah yang memiliki potensi untuk berkembang karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya.
Adanya perbedaan potensi antardaerah ini menyebabkan peran pemerintah pusat sebagai pengatur kebijakan pembnagunan nasional tetap diperlukan agar timbul keselarasan, keseimbangan, dan keserasian perkembangan semua daerah, baik yang memiliki potensi yang berlebihan maupun ayng kurang memiliki potensi.
Kebijakan pembangunan daerah merupakan bagian dari kebijaksanaan pembangunan sektoral, pembangunan yang berasal dari pendapatan asli daerah manapun investasi swasta. Kebijakan pembanguna daerah yang ditempuh oleh pemerintah paling tidak meliputi 5 aspek yaitu;
1.      Pembanguna daerah dan desa,
2.      Prasarana fisik daerah,
3.      Perluasan kesempatan kerja daerah,
4.      Tata ruang dan penataan pertahanan, dan
5.      Peningkatan kemampuan daerah.
2.2    Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.
 Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat dari perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah keterampilan mereka. (sadono sukirno).
Menurut Tjiptoherijanto (1997: 35), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat keharusan (necessary condition) bagi penurunan pengangguran.
Adapun syarat kecukupannya ialah bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut efektif dalam mengurangi tingkat pengangguran. Artinya, pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar di setiap golongan pendapatan, termasuk di golongan penduduk miskin.
Secara langsung, hal ini berarti pertumbuhan itu perlu dipastikan terjadi disektor-sektor dimana penduduk miskin bekerja yaitu sektor pertanian atau sektor yang padat karya.
2.2.1        Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
2.2.1.1                     Akumulasi Modal,
            Akumulasi modal akan terjadi jika ada proporsi dan kemudian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Pabrik-pabrik, mesin-mesin, peralatan-peralatan dan barang-barang baru akan meningkatkan stok modal (capital stock) fisikal dari suatu negara (yaitu jumlah riil bersih dari semua barang-barang modal produktif secara fisikal) yang memungkinkan untuk mencapai tingkat output yang lebih besar.
2.2.1.2                     Investasi
            Investasi-investasi produktif secara langsung ini ditambah dengan investasi-investasi infrastruktur sosial dan ekonomi yaitu jalan raya, listrik, air, sanitasi, komunikasi untuk mempermudah dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan ekonomi. Ada lagi cara untuk menginvestasikan sumberdaya negara yaitu dengan cara tidak langsung. Instalasi fasilitas-fasilitas irigasi bisa memperbaiki kualitas lahan pertanian dengan peningkatan produktivitas per hektar.Sama halnya dengan investasi tak langsung, investasi dalam sumber daya manusia (human invesment) bisa memperbaiki kualitasnya dan juga mempunyai pengaruh yang sama atau bahkan lebih besar terhadap produksi, karena bertambahnya jumlah sumber daya manusia.
2.2.1.3               Pertumbuhan Populasi
     Pertumbuhan populasi dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan angkatan kerja (labor force) secara tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi.
2.2.1.4   Kemajuan Teknologi
     Kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi menurut para ekonom. Kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisonal, seperti cara menanam padi, membuat pakaian atau membangun rumah. Ada 3 macam klasifikasi dari kemajuan teknologi, yaitu :
2.2.1.4.1                             Netral
     Kemajuan teknologi yang bersifat netral terjadi jika tingkat output yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan kombinasi-kombinasi faktor input yang sama. Inovasi-inovasi yang timbul dari pembagian kerja (division of labour) bisa menghasilkan tingkat ouput total yang lebih tinggi dan semua orang.
2.2.1.4.2                                Hemat Tenaga Kerja (Labour Saving) atau Hemat Modal (Capital  Saving)
     Kemajuan teknologi bisa bersifat hemat tenaga kerja atau hemat modal, yaitu tingkat output yang lebih tinggi bisa dicapai dengan kuantitas tenaga kerja atau input modal yang sama. Penggunaan komputer, traktor dan alat-alat mekanisasi lainnya yang merupakan mesin-mesin dan peralatan modern bisa diklasifikasikan sebagai hemat tenga kerja.
            Kemajuan teknologi yang bersifat hemat modal sangat jarang sekali terjadi, karena hampir semua penelitian ilmiah dan perkembangan teknologi yang dilakukan di negara maju adalah bertujuan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modal. Tetapi untuk negara-negara sedang berkembang, maka kemajuan teknologi yang bersifat hemat modal sangat dibutuhkan. Metode produksi yang lebih efisien (biaya produksi rendah) adalah metode produksi yang padat tenaga kerja (labour intensive). Salah satu contohnya industri rumah, seperti industri tempe, tahu, dsb.(Tulus Tambunan, 2003: 17)
2.2.2 Faktor eksternal didominasi oleh faktor-faktor ekonomi, seperti perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi kawasan atau dunia.
2.2.2.1   Faktor-faktor Internal
2.2.2.1.1                    Faktor ekonomi, antara lain:
a.       Buruknya fundamental ekonomi nasional
b.      Cadangan devisa
c.       Hutang luar negeri dan ketergantungan impor
d.      Sektor perbankan
e.        Pengeluaran konsumsi
2.2.2.2.2  Faktor non ekonomi, antara lain:
a.       Kondisi politik, sosial dan keamanan
b.      Pelarian modal ke luar negeri
c.       Nilai tukar rupiah
2.2.2.2                           Faktor-faktor Eksternal
a.       Kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia
2.3    Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan mengenai faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi dan prosesnya dalam jangka panjang, penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor itu berinteraksi satu dengan yang lainnya, sehingga menimbulkan terjadinya proses pertumbuhan
(Arsyad, 1998: 191). Bahwa secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitatif change) dan biasanya diukur dengan menggunakan data produk domestik bruto (PDB) atau pendapatan output perkapita. Produk domestik bruto (PDB) adalah total nilai pasar (total market value) dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods and services) yang dihasilkan di dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun). Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentase kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya (Faizal Nor, 2009: 273-274).
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal , luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Walau menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak aktor, ahli-ahli ekonomi Klasik terutama menitik beratkan perhatiannya kepada pengaruh pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi. Dan teori pertumbuhan mereka , dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan. Berdasarkan kepada pemisalan ini selanjutnya dianalisis bagaimana pengaruh pertambahan penduduk kepada tingkat produksi nasional dan pendapatan.
Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif  berlebihan, tingkat penegembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka para pengusaha akan mendapatkan keuntungan keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan seperti itu tidak akan terus-menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena peroduktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif. Maka kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat perkembangan yang rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (stationary State). Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence).
2.3.1                    Ahli–ahli ekonomi Klasik
dalam menganalisis masalah-masalah pembangunan,terutama ingin mengetahui sebab-sebab perkembangan ekonomi dalam jangka panjang dan corak pertumbuhannya,mempunyai pandangan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, yaitu :
2.3.1.1               Adam Smith
Inti dari proses pertumbuhan ekonomi menurut Smith dapat dibedakan atas dua aspek antara lain: pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Adam Smith beranggapan tentang corak proses pertumbuhan ekonomi bahwa apabila pembangunan sudah tejadi, maka proses tersebut akan terus menerus berlangsung secara kumulatif. Pasar berkembang, pembagian kerja dan spesialisasi akan terjadi,dengan demikian akan menaikan produktivitas. Kenaikan pendapatan nasional yang disebabkan karena perkembangan tersebut dan perkembangan penduduk dari masa – ke masa, akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan, adanya spesialisasi yang tinggi serta luasnya pasar akan menciptakan teknologi dan inovasi.
Dengan demikian perkembangan ekonomi akan berlangsung. Adam Smith menyatakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis ada tiga aspek, yaitu  (Arsyad, 1998 : 42) :
1.    Pertumbuhan Output Total
Sumber alam yang tersedia (masih diwujudkan sebagai faktor produksi tanah). Menurut Smith, sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber daya alam yang tersedia merupakan batas maya bagi pertumbuhan perekonomian, maksudnya jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada memegang peranan dalam pertumbuhan output.
2.    Stok barang modal
Stok modal menurut Smith merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan output, sehingga jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok pengaruh stok modal terhadap tingkat output total bisa secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung, maksudnya adalah karena pertambahan modal akan langsung meningkatkan output, sedangkan pengaruh tidak langsung maksudnya adalah peningkatan produktifitas perkapita yang dimungkinkan karena adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang semakin tinggi.
3.    Pertumbuhan penduduk.
Menurut Smith yang sangat menentukan jumlah penduduk pada suatu masa tertentu adalah tingkat upah pada saat itu. Jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari pada tingkat upah subsisten (tingkat upah yang hanya cukup untuk hidup pas-pasan), maka jumlah penduduk akan meningkat. Smith juga menyatakan bahwa tingkat upah ditentukan oleh stok kapital dan tingkat pertumbuhan output. Oleh karena itu jumlah penduduk akan meningkat atau menurun tergantung pada stok modal dan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu masa tertentu.
2.3.1.2               David Ricardo
Garis besar pertumbuhan dan kesimpulan–kesimpulan dari Ricardo tidak jauh berbeda dengan teori Adam Smith. Tema dari proses petumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumber daya alam) tidak bisa bertambah, sehingga akhirnya menjadi faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat.
Menurut Ricardo, peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja, artinya bisa memperlambat bekerjanya the Law of Diminishing Return yang pada gilirannya akan memperlambat pola penurunan tingkat hidup kearah tingkat hidup minimal. Keterbatasan faktor produksi tanah (sumber daya alam) akan membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu negara hanya bisa tumbuh sampai batas yang dimungkinkan oleh sumber daya alamnya.
2.3.1.3               Thomas Robert Malthus
Menurutnya ukuran keberhasilan pembangunan suatu perekonomian tergantung kesejahteraan negaranya.jika PDB potensialnya meningkat. Sektor yang dominan adalah pertanian dan industri. Jika ouput di kedua sektor tersbut ditingkatkan maka PNB potensialnya akan bisa ditingkatkan. Ada dua kelompok faktor yang sangat menentukan pertumbuhan, yaitu factor ekonomi seperti: tanah, tenaga kerja, modal, organisasi,dan faktor non ekonomi seperti: keamanan, hukum,dan sebagainya. Dan yang paling berpengaruh adalah faktor akumulasi modal.

2.3.1.4               Teori Max
Marx membuat lima tahapan perkembangan sebuah perekonomian yaitu:
a.       Perekonomian komunal primitif
b.      Perekonomian perbudakan
c.       Perekonomian feodal
d.      Perekonomian kapitalis
e.       Dan perekonomian sosialis
2.3.2  Ciri-Ciri Teori Ekonomi Klasik
Teori ekonomi klasik mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu sebagai berikut:
2.3.2.1            Perekonomian yang didasarkaan pada sistem bebas berusaha (Laissez Faire)
Mempunyai kemampuan untuk kembali ke posisi keseimbangan secara otomatis. Terjadi tangan bebas atau pasar bebas dalam mencapai keseimbangan sehingga terjadi “full employment” atau kesempatan kerja dapat terpenuhi penuh (tidak ada pengangguran).
2.3.2.2            Pemerintah tidak ikut campur tangan.
Peran pemerintah hanya pada masalah penegakan hukum, menjaga keamanan serta pembangunan infrastruktur.
Dalam menganalisis masalah-masalah pembangunan,terutama ingin mengetahui sebab-sebab perkembangan ekonomi dalam jangka panjang dan corak proses pertumbuhannya,mempunyai pandangan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
2.4    Faktor-Faktor Yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi
2.4.1  Faktor Sumber Daya Alam,
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
2.4.2        Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
2.4.3        Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian
2.4.4         Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya.
2.4.5        Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan.
2.5 Strategi Pertumbuhan Ekonomi
2.5.1 Industrialisasi Versus Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan secara relatif menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam investasi pada pembuatan jalan, saluran dan fasilitas pengairan, dan pengembangan teknologinya. Kenaikan produktivitas sektor pertanian memungkinkan perekonomian dengan menggunakan tenaga kerja lebih sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang sama. Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor industri tanpa menurunkan output sector pertanian. Di samping itu pembangunan atau kenaikkan produktivitas dan output total sektor pertanian akan menaikan pendapatan di sektor tersebut.(Zulkarnain, 1993: 77)
2.5.2        Strategi Impor Versus Promosi Ekspor
Stategi industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan membangun industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor. Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor. Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan produksi dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar internasional. Strategi ini secara relatif lebih sukar dilaksanakan karena menuntut kerja keras agar bisa bersaing di pasar internasional. Perlunya Disertivikasi Usaha mengadakan disertivikasi bagi negara-negara pengekspor utama minyak dan gas bumi merupakan upaya mempertahankan atau menstabilkan penerimaan devisanya.( Mudrajad, 2003: 11)
2.6       Peran Pemerintah  Dalam  Pertumbuhan Ekonomi
1.      Beberapa negara sedang berkembang mengalami ketidak stabilan sosial, politik, dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang menghalangi pertumbuhan ekonomi. Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa menjamin terciptanya keamanan dan ketertiban hukum serta persatuan dan perdamaian di dalam negeri. Ini sangat diperlukan bagi terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang merupakan motor pertumbuhan ekonomi.
2.      Ketidakmampuan atau kelemahan setor swasta melaksanakan fungsi entreprenurial yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi kapital dan mengambil inisiatif mengadakan investasi yang diperlukan untuk memonitori proses pertumbuhan.
3.      Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan investasi yang dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat menaikkan produktivitas perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak didukung oleh adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan program pelayanan kesehatan dasr masyarakat, pendidikan, irigasi, penyediaan jalan dan jembatan serta fasilitas komunikasi, program-program latihan dan keterampilan, dan program lainnya yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
4.      Rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sekor swasta) merupakan pusat atau faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini karena rendahnya tingkat pendapatan dan karena adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumsi di negara-negara maju olah kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.
5.      Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah jumlah penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat cepat. Program pemerintahlah yang mampu secara intensif menurunkan laju pertambahan penduduk yang cepat lewat program keluarga berencana dan melaksanakan program-program pembangunan pertanian atau daerah pedesaan yang bisa mengerem atau memperlambat arus urbanisasi penduduk pedesaan menuju ke kota-kota besar dan mengakibatkan masalah-masalah social, politis, dan ekonomi.
6.      Pemerintah dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya memerlukan pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan kapasitas produksi masyarakat, yaitu sumber-sumber alam dan manusia, kapital, dan teknologi;tetapi juga faktor permintaan luar negeri. Tanpa kenaikkan potensi produksi tidak dapat direalisasikan.
2.7   Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Tahun Sebelum Dan  Setelah Kris Moneter.
Pertumbuhan ekonomi indonesia sebelum krisis moneter cukup menggembirakan, mencapai 8,2% pada tahun 1995 yang membuat indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di ASEAN. Namun pada tahun 1998 tingkat pertumbuhan menjadi negatif 3,29 %,dan bukan hanya Indonesia tetapi termasuk beberapa negara di Asia, seperti Thailand -10,2 %, Malaysia – 7,5 %, ( IMF, World Bank dan Departemen Keuangan RI 1997 dalam Tambunan 2001).Hampir semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang negatif. Yang mengalami pertumbuhan ekonomi positif selama tahun 1998 hanya sektor pertanian 1,31 %,  sektor listrik gas dan air bersih 3,11 %,  sektor pengangkutan dan komunikasi 16.23 %. Perkembangan pertumbuhan ekonomi setelah krisis moneter 1997/1998 yaitu tahun 1999 mulai membaik dengan pertumbuhan ekonomi sedikit di atas 0 %. PDB (atas harga berlaku tahun 1998) mencapai 141,0 miliar dolar Amerika Serikat ($ 141,0) dibandingkan tahun 1995 sebesar miliar dolar Amerika Serikat ($. Pertumbuhan ekonomi mengalami percepatan.Akselerasi ini didukung pula dengan semakin seimbangnya sumber pertumbuhan ekonomi dimana investasi makin penting peranannya. Dengan keberhasilan menciptakan stabilitas ekonomi makro (nilai tukar dan inflasi), pendapatan per kapita Indonesia jika diukur dengan mata uang USD, meningkat 1,8 kali pada akhir tahun 2008 dibandingkan akhir 2004, dan melebihi USD 2.000 per kapita pada akhir tahun 2008. (Menko Perekonomian Sri Mulyani Indarwati, Website: (http:/www.ekon.go.id.).
Perkembangan perekonomian tahun 2001 sampai tahun 2007 pertumbuhannya masih positif. Pada tahun 2001 4,5 %, tahun 2002 pertumbuhan PDB 4,4%, tahun 2003 naik menjadi 4,9 %, tahun 2004 menjadi 5,0 %, tahun 2005 naik lagi menjadi 5,7 %.Tahun 2006 pertumbuhannya turun menjadi 5,5 %,tapi masih berada pada posisi 5 %, dan tahun 2007 naik lagi menjadi 6,0% (Indonesia indikator makro ekonomi :www.bi.go.id.laporan perekonomian).Perkembangan ekonomi yang demikian menunjukan suatu trend petumbuhan yang cukup baik. Dalam penjelasannya Menko Sri Mulyani mengatakan sekalipun harus mengalami dampak krisis keuangan global, perekonomian indonesia akan tetap tumbuh di tahun 2009. Hal itu berdasarkan evaluasi kinerja perekonomian indonesia selama 5 tahun terakhir dan realisasi APBN tahun 2008. (Badan Pusat Statistik (BPS), http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul09.pdf)
2.8   Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia
2.8.1   Tahun 2011
                 Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, tercermin pada kinerja pertumbuhan yang bahkan lebih baik dan kestabilan makroekonomi yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,5%, angka tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir, disertai dengan pencapaian inflasi pada level yang rendah sebesar 3,79%. Peningkatan kinerja tersebut disertai dengan perbaikan kualitas pertumbuhan yang tercermin dari tingginya peran investasi dan ekspor sebagai sumber pertumbuhan, penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan, serta pemerataan pertumbuhan ekonomi antar daerah yang semakin membaik.
2.8.2        Tahun 2012
              Prospek ekonomi Indonesia tahun 2012 diprakirakan masih tetap kuat, meskipun risiko yang berasal dari pelemahan ekonomi global masih tinggi. Perekonomian nasional pada tahun 2012 diprakirakan tumbuh 6,3%-6,7% dan inflasi diperkirakan dapat berada di kisaran sasaran 4,5% ± 1%. Pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari perekonomian domestik dengan peran investasi yang semakin meningkat. Pasar domestik yang besar, terjaganya stabilitas makro ekonomi, suku bunga yang rendah, perbaikan iklim investasi, dan status investment grade merupakan faktor pendorong tingginya pertumbuhan investasi ke depan. Sejalan dengan itu, arus modal masuk FDI diperkirakan akan meningkat lebih tinggi sehingga surplus NPI akan tetap besar. Kondisi ini mendukung tercapainya stabilitas nilai tukar rupiah dalam menghadapi risiko tingginya gejolak arus modal. Meskipun demikian, risiko pelemahan ekonomi global dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung ke batas bawah kisaran prakiraan apabila tidak ditempuh langkah-langkah stimulus baik dari sisi moneter maupun fiskal. Sementara itu, rencana kebijakan Pemerintah terkait dengan BBM bersubsidi dan komoditas strategis lainnya dapat memberikan tekanan ke atas terhadap perkembangan inflasi kedepan. Untuk menghadapi tahun 2012 ini Presiden instruksikan jajaran pemerintah untuk menjaga sektor riil di tengah situasi krisis global dan melemahnya volume ekspor Indonesia ke luar negeri. Sektor riil dikatakan dapat menjadi penopang utama perekonomian Indonesia. Sektor riil yang bagus mencegah dampak pemutusan hubungan kerja. Belanja modal dan belanja barang pada tahun anggaran 2011 harus lebih dioptimalkan, belanja pemerintah dapat turut membuat perekonomian di Indonesia berjalan.Saat ini, realisasi belanja pemerintah hingga 30 November ini mencapai 71 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 diperkirakan akan melaju pada kisaran 6,3%–6,7%. Namun bila tiga penyakit bangsa bisa diatasi seperti korupsi, inefisiensi birokrasi dan soal infrastruktur, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih tinggi lagi,” kata Ketua Komite Ekonomi Indonesia (KEN) Chairul Tanjung. Selama ini pertumbuhan ekonomi nasional banyak ditopang oleh hasil sumber daya alam dan konsumsi domestik. Sementara pembangunan infrastruktur di Indonesia masih jauh tertinggal. Sebelum mengatakan perekonomian Indonesia akan cerah pada tahun 2012 pemerintah sebaiknya melihat kembali bagaimana kinerja mereka. Misalnya dalam hal kemiskinan absolut turun (tapi jumlah penduduk miskin dan hampir miskin bertambah), pengganguran menurun namun proporsi pekerja sektor informal terus bertambah, dan ketimpangan pendapatan semakin menganga (Pada 2010 ratio mencapai 0,38, rekor tertinggi dalam periode modernisasi ekonomi Indonesia). Meskipun pemerintah mengklaim bahwa ekonomi kita sekarang ini sudah menuju modernisasi, sebenarnya dalam banyak hal ekonomi nasional masih primitif. Kegiatan ekonomi (ekspor misalnya) banyak bertumpu pada komoditas bahan mentah sehingga tidak hanya kehilangan kesempatan menciptakan nilai tambah, tetapi juga kesulitan menciptakan lapangan kerja. Kasus kelapa sawit misalnya kurang lebih hanya diolah untuk membuat 40 jenis komoditas olahan. Padahal, Malaysia sudah mencapai seratus jenis. Itu juga terjadi pada kasus di subsektor perikanan, pertanian, kehutanan, pertambangan, dan lain sebagainya.
2.8.3                      Tahun 2013
              Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus turun. Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5%pada 2011, dan 6,23% pada 2012, pertumbuhan ekonomi 2013 berada dibawah 6 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2013 sebesar hanya 5,78%. Angka tersebut turun dibandingkan sepanjang 2013 sebesar 6,23 persen. Kepala BPS Suryamin memaparkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2013 sebesar 5,72%, atau mengalami penurunan 1,42% dibanding kuartal III-2013. "Triwulan empat ini dari pengalaman selalu lebih rendah dibanding triwulan tiga setiap tahunnya," kata Suryamin, di Kantor BPS, Rabu (5/2/2014). Kendati mengalami penurunan, Suryamin mengatakan ekspor pada triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini disebabkan negara-negara yang tadinya terdampak krisis global seperti China dan Amerika Serikat mulai pulih. Bakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya diprediksikan hanya 1,6%, realisasinya 1,9%. Pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,19 persen, dengan nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut disusul sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan 7,56%, dengan nilai Rp 272,1 triliun.  Sektor ketiga yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah konstruksi, di mana mencatat pertumbuhan 6,57% dengan nilai Rp 182,1 triliun.  Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian tercatat paling kecil sebesar 1,34% dengan nilai Rp 195,7 triliun.
2.8.4        Tahun 2014
              Tahun 2014 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Kondisi ekonomi global tidak secerah prakiraan semula. Pemulihan memang terus berlangsung di berbagai ekonomi utama dunia, namun dengan kecepatan yang tidak sesuai dengan harapan dan tidak merata. Harga komoditas dunia pun terus melemah karena permintaan belum cukup kuat, khususnya dari Tiongkok. Di sektor keuangan, ketidakpastian kebijakan The Fed telah meningkatkan kerentanan dan volatilitas di pasar keuangan dunia. Sebagai negara berkembang (emerging market), kita turut merasakan adanya pergeseran arus modal asing keluar dari Indonesia. Selain itu, kita juga dapat mengamati adanya divergensi kebijakan moneter di negara-negara maju. Berbeda dengan The Fed yang berencana melakukan normalisasi kebijakan moneternya, bank sentral Jepang dan Eropa masih perlu menempuh kebijakan moneter yang sangat akomodatif. Perekonomian Indonesia tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 10 542,7 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp41,8 juta atau US$3,531.5.
Ekonomi Indonesia tahun 2014 tumbuh 5,02% melambat dibanding tahun 2013 sebesar 5,58%. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,02%. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 12,43%. Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 bila dibandingkan triwulan IV-2013 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,01% melambat bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61%. Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 mengalami kontraksi 2,06% bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang kontraksi 22,44%. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 didorong oleh aktivitas perekonomian di Pulau Jawa yang tumbuh 5,59% dan Pulau Sumatera sebesar 4,66%. Perekonomian Indonesia tahun 2014 diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat dibandingkan dengan 5,8% pada tahun sebelumnya. Dari sisi eksternal, perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh ekspor yang menurun akibat turunnya permintaan dan harga komoditas global, serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah. Meskipun ekspor secara keseluruhan menurun, ekspor manufaktur cenderung membaik sejalan dengan berlanjutnya pemulihan AS. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan tersebut didorong oleh terbatasnya konsumsi pemerintah seiring dengan program penghematan anggaran.
2.8.5        Tahun 2015
              Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia bergerak lebih lambat pada tahun 2014, terlihat optimisme bahwa pertumbuhan tersebut akan rebound pada tahun 2015 meskipun kondisi ekonomi global belum kondusif (dan membatasi kinerja ekspor Indonesia) serta lingkungan suku bunga Indonesia yang masih tinggi. Di dalam APBN-P Tahun 2015, pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan PDB 5.7% (t/t) meningkat dari pertumbuhan angka 5.02% yang tercatat pada tahun 2014. Presiden Indonesia Joko Widodo, yang resmi mulai menjabat pada bulan October 2014, optimis bahwa target ambisius ini dapat dicapai walaupun lembaga internasional seperti Bank
Dunia dan International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia masing-masing pada angka 5.3% dan 5.0%, pada tahun 2015. Kedua institusi tersebut menilai rendah pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 akibat dampak negatif perekonomian global yang menyebabkan pembiayaan eksternal yang lebih ketat dan dapat menimbulkan suku bunga nasional yang tinggi, sehingga menambah tekanan terhadap bank, perusahaan lokal dan rumah tangga untuk menyelesaikan utang, sekaligus menghambat kemampuan untuk berinvestasi atau belanja. Sementara itu, Bank Indonesia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran 5.4- 5.8% tahun ini.
              Pada pertengahan Januari lalu, Bank Indonesia menetapkan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 8,00% dan 5,75%. Kemudikan dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi Indonesia di 2014 dan prospek ekonomi 2015 dan 2016 yang menunjukkan bahwa kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4±1% pada 2015 dan 2016, dan mendukung pengendalian defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Mengacu pada evaluasi terhadap perekonomian di tahun lalu, di tahun ini Bank Indonesia memperkirakan  perekonomian Indonesia semakin baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga, ditopang oleh perbaikan ekonomi global dan semakin kuatnya reformasi struktural dalam memperkuat fundamental ekonomi nasional.
Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran 5,4-5,8%. Berbeda dengan 2014, di samping tetap kuatnya konsumsi rumah tangga, tingginya pertumbuhan ekonomi di 2015 juga akan didukung oleh ekspansi konsumsi dan investasi pemerintah sejalan dengan peningkatan kapasitas fiskal untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif, termasuk pembangunan infrastruktur.
2.8.6        Tahun 2016
              Pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal semakin membaik pada 2016 karena berbagai kebijakan Bank Indonesia yang lebih akomodatif ketimbang dua tahun sebelumnya, kata Kepala Ekonom Bank Nasional Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto."Kebijakan Bank Indonesia lebih akomodatif dan ruang penyesuaian BI rate terbuka walau tetap menjaga kehati-hatian di tengah tingginya ketidakpastian global dalam jangka pendek," katanya dalam Diskusi "Potensi dan Tantangan Infrastruktur untuk Pertumbuhan Ekonomi" di Jakarta, Jumat (15/1) malam. Hal itu, ujarnya, terlihat dari keputusan BI untuk menurunkan BI rate 25 basis poin menjadi 7,25%, berdasarkan hasil rapat Dewan Gubernur BI pada 13-14 Januari 2016. Ia optimistis kebijakan yang disambut positif oleh pasar itu pun akan dilakukan dua sampai tiga kali lagi pada 2016 juga sebesar 25 poin. "Pengumuman itu dikeluarkan hanya sekitar dua jam setelah pengeboman di kawasan Sarinah yang hanya beberapa ratus meter dari Gedung BI. Ini menunjukkan BI memang akan menurunkan BI rate apapun yang terjadi," kata dia.
              Penurunan suku bunga itu sejalan dengan keputusan Bank Indonesia yang menyatakan akan menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, berbagai paket kebijakan ekonomi yang sudah dikeluarkan pemerintah sejak 2015 juga diperkirakan membawa dampak bagus bagi perekonomian. Kebijakan-kebijakan yang mempermudah investasi dan mempercepat pembangunan infrastruktur di daerah-daerah dinila Ryan sebagai bentuk keseriusan pemerintahan akibat pertumbuhan ekonomi pada 2015 hingga tiga kuartal berkisar 4,7%, menurun dibandingkan dengan pada 2014 yang rata-rat menyentuh lima persen. "Namun kami yakin nilai kuartal keempat, yang belum diumumkan BPS.

Kesimpulan
1.    Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah masalah jangka panjang suatu negara.Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu faktor yang menentukan pembangunan ekonomi. Semakin baik pertumbuhan ekonomi suatu negara maka semakin baik pula pembangunan ekonomi di negara tersebut.
2.    Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.Terdapat banyak faktor yang mendorong dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Diperlukan usaha untuk dapat mengoptimalkan pengelolaan sumber-sumber daya di Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincoln, 1998, Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Penerbit STIE YKPN.
Badan Pusat Statistik (BPS), Pertumbuhan ekonomi 10 tahun terakhir http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul09.pdf.
Badan Pusat Statistik (BPS), Pertumbuhan Dan Pembangunan Struktur Pdb 2008-2019,(http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul09.pdf).
Basri Faisal, 2002, Perekomian Indonesia Tantangan Dan Harapan Bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia, Jakarta: Erlangga.
Djaminm, Zulkarnain, 1993, Pembangunan Ekonomi Indonesia Edisi II, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Dumairy, 1996, Perekonomian Indonesia,Jakarta: Erlangga.
Henry, Faizal Nor , 2009, Investasi, Jakarta: Indeks.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Penerbit UPP AMP YKPN.
Menko Perekonomian Indonesia Sri Mulyani Indarwati, Website: (http:/www.ekon.go.id.).
Sukirno, Sadono, 2011, Makro ekonomi Teori Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno, 2006, Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah dan Dasar
Kebijakan, Jakarta: PT Kencana
Subandi, 2005, Sistem Ekonomi Indonesia, Bandung: Alfabeta.
Tambunan, TH.Tulus, 2011, Perekonomian Indonesia Kajian Teoritis dan Analitis, Bogor: Ghalia Indonesia.
Tambunan,.TH.Tulus,.2003, Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting ,  Bogor: Ghalia Indonesia.
Tjiptoherijanto, 1997, Prospek Perekonomian Indonesia Dalam Rangka Globalisasi, Surabaya: Rineka Cipta.
Widodo, Suseno Trianto Hg, 1996, Ekonomi Indonesia Fakta danTantangan Dalam  Era Liberalisasi, Yogyakarta: Kansansius



Penulis Makalah:

Annisatul Hotimah  (15510022)  
Toha Barizi (15510024) 
Agrefinanda Putri Kusuma Wardani  (15510031)
 
Dosen Pengampu : Zaim Mukaffi, SE, M.Si
FAKULTAS EKONOMI
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

No comments:

Post a Comment